
Pertanyaan akan bakat, membawaku pada sebuah kesadaran, bahwa bakat itu bukan hanya nongkrong menunggu durian runtuh. Maka dimulailah Teori Hutan dan Lahan…
“ Di sebuah daerah, terdapat sebidang lahan milik pak tani, yang baru akan bertani (atau berkebun, saya kira maksudnya bisa dimengerti), di mana sekitar lahan tersebut terdapat hutan belantara yang penuh dengan potensi hutan seperti berbagai jenis kayu, buah, umbi-umbian, bunga, dan tanaman merambat.
Lahan pak tani tentu saja memiliki karakteristik unik yang dipengaruhi jenis tanahnya. Logikanya, yang juga disadari pak tani, bahwa lahannya dapat menghasilkan tanaman luar biasa bila ditanam dengan tanaman yang tepat, buah-buahan tertentu ataupun umbi-umbian tertentu saja.
Sebaliknya, lahan pak tani tetap dapat menghasilkan bila ditanam dengan bibit yang kurang tepat, tentunya dengan syarat, pak tani harus kerja keras untuk mengkondisikan lahannya.
Maka pak tani pergi ke hutan, mencari-cari tanaman apa yang akan dibudi-dayakan di lahannya… Mencari-cari… berharap menemukan tanaman yang cocok dengan lahannya. Namun, pak tanipun tak tahu tanaman apakah itu?
Apa yang harus dilakukan pak tani?
1) Pak tani mencoba mengambil berbagai jenis tanaman dan mencoba menanamnya di lahannya, dengan akibat kerjanya menjadi tidak teratur karena merawat berbagai jenis tanaman, hasil yang didapat juga hanya sedikit-sedikit.
2) Pak tani mencoba satu persatu tanaman yang ditemukannya di hutan, bila hasil di lahannya tidak maksimal, maka dia akan menggantinya dengan tanaman lain, begitu seterusnya. Akibatnya di setiap musim tanam, dia menanam tanaman yang selalu berbeda.
3) Pak tani menghabiskan waktu keliling hutan mencari buah yang benar-benar cocok, sambil berharap ada yang membisikkannya “hei… lahanmu cocok untuk tanaman belimbing!”. Namun, adakah yang membisikinya? Semoga ada… bila tidak???
4) Pak tani hanya perlu memilih buah apa yang dia sukai, dan dia akan menanamnya dengan sepenuh hati dan kerja keras, tanpa perlu memikirkan apakah buah ini cocok atau tidak.
Dari berbagai pilihan yang coba aku utarakan, tidak ada yang benar 100%, tentu saja karena hidup ini tak bisa diramalkan. Dalam kehidupan, mungkin saja kita menjadi yang beruntung menemukan tanaman yang cocok dengan lahan kita. Atau kita mencoba berbagai hobi namun tak pernah menekuninya. Atau ada yang berhasil mengetahui bakatnya melalui pengujian potensi diri. Dan tentu saja ada yang tidak…
Namun, bila anda tidak seberuntung yang lain, yang mungkin aku sarankan, dan juga aku pilih, adalah melakukan yang aku senangi dan bekerja keras dalam perjalanannya.”

Teori hutan dan lahan yang kubagikan dengan Anum dan Yayat, kemudian pernah kuutarakan dengan Ardus dan Tride, akhirnya selesai juga. Sambil berkata dalam hati untuk jangan kuatir dengan persoalan bakat. Yang perlu aku lakukan hanyalah melakukan yang aku senangi dengan serius dan bahagia.
Itulah teori dan hipotesisi terstrukturku untuk yang pertama kali di SMA.