Ketika SD, kelas awal, tubuhku kurus, tulang rusuk dapat digunakan bermain orgen. Aku sakit asma saat itu, tiap bulan ke dokter, tak bisa lepas dari obat. Aku yakin, karena ringan tubuhku, kelas 2 SD aku mendapat penghargaan pertama. Juara lomba lari.
Landasan awal saat itu berpasir, aku memilih tak menggunakan sepatu. Tolakan awal cukup meragukan, namun aku berhasil finish pertama. Pada babak final, secara mental aku sudah kalah, karena aku sendiri ragu dan sudah cukup bangga dengan juara di babak penyisihan.
Yah, tak pernah tekun dan selalu merasa puas, adalah tabiat jelekku, dan akan kuubah sejak sekarang (aku tak mau mekanisme pembelaan diri, maka kuakui itu). Hasil final lomba lari itu, aku juara dua (II).
Besok paginya aku bercerita pada bapakku, “aku dak bisa matematika, aku dak bisa IPA, tapi aku juara lari”.
Masih hangat ingatan itu “setiap orang punya kehebatan masing-masing” ujar bapakku dan meraih tanganku.
Lampu saat itu kuning, menambah hangat dan kerinduan bila terkenang. Aku masih berkolor, malas pergi ke sekolah.